Rabu, 01 Agustus 2018

Superiority

0

My prophet said, "Sombong adalah merendahkan orang lain dan menolak kebenaran."
That is the context of superiority that I want to come up with, so don't spoil anywhere.

Well, langsung aja kita comot satu contoh; syaiton merendahkan Adam karena merasa lebih baik darinya dan menolak kebenaran bahwa dia dan Adam adalah sama-sama hamba Allah, so both are content, nobody is superior nor inferior. Sadar ga sadar, kita manusia juga suka gitu, suka merasa diri kita lebih baik dari orang lain atau merasa kelompok kita lebih baik dari kelompok lain, sehingga kita kadang gelap mata menganggap orang lain lebih rendah dari kita.

Ada orang yang merasa superior karena mengaku lebih tua sehingga meremehkan yang lebih muda seperti senior yang maunya dihormati junior sampe-sampe suka berperilaku dingin. Ada juga yang merasa punya lebih banyak pengalaman menganggap orang yang 'baru memulai' a.k.a 'anak baru' sebagai orang yang tidak patut diperhitungkan. Ada juga yang merasa lebih pinter  atau lebih cakep atau lebih kaya sehingga merasa berhak untuk menganggap remeh orang lain.

Man, nobody deserves to be belittled! Ga ada orang yang berhak untuk dipandang sebelah mata. Kita semua sebagai manusia memiliki potensi yang sama dengan kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda. Lo mungkin punya suatu kelebihan dari orang lain, tapi bukan berarti lo mesti menganggap diri paling berhak untuk menindas orang lain. Dan menindas bukan hanya masalah fisik, tapi cara lo menertawakan dan memandang dia itu sudah merupakan bentuk dari penindasan mental.

Selalu ingatkan diri sendiri aja deh bahwa kita semua itu equal. Setara. Sama. Ketika lo merasa diri lo superior dengan kelebihan yang lo miliki, jangan lupa bahwa orang yang lo rendahkan juga punya kelebihan yang ga elo punya. Kenapa ga mencoba untuk saling merangkul? Yang tahu sebaiknya memberi tahu orang yang belum tahu, yang berpengalaman membantu belajar orang yang masih minim pengalaman. Orang yang berbuat keliru itu dibetulkan, bukan dilempar ketawa sinis atau dinyinyirin. Orang yang berbuat salah itu seharusnya dinasihati, bukan diomongin dari belakang. Kekurangan orang lain jangan jadikan sebagai bahan untuk pembenaran bahwa kitalah yang paling benar. Let's just embrace differences dan jangan jadi sedangkal itu untuk sombong.

Salam Positif.

0 komentar:

Posting Komentar