Minggu, 23 Juli 2017

It's Okay Not To Be Okay

0

*every word will sound lebay, so get ready to muntah yheaa*

It's been 3 months since I left, and I'm still here. Dying.

Charlie Puth says, "I can't get you out of my brain. It's such a shame." Yes, it's such a shame, knowing that my mind never stops thinking about you. It's such a shame to be wondering that you miss me like I do.

It hurts. Literally.

Memalukan, sebenarnya. Memalukan jika aku mengeluh kesakitan, karena akulah yang buat diriku sakit. Aku yang meninggalkan, pun aku yang merasa sakit. How shameful.

And, another shameful thing is, aku terkadang ingin meminta kamu kembali.

Sederhana, because ily.

Tapi,

Pertama, aku tidak yakin kamu akan mengiyakan. Kamu sudah terlalu penuh luka. Kamu sudah terlalu letih untuk lagi-lagi merasa kecewa, merasa marah, sakit hati, dan muak. Aku pernah berulang kali berjanji untuk akan selalu tinggal, tapi nyatanya aku pernah berulang kali juga menyatakan untuk pergi. Sedih dan merasa bersalah, tiap kali mengingat bahwa kamu SELALU menyabari, saat aku hendak lari dari masalah. Memang, aku terlalu kekanak-kanakan untuk hubungan ini. Aku memang tipe perempuan berpikiran pendek, sedangkan kamu pernah trauma dengan perasaan 'dipermainkan', jadi..aku takut akan mengulangi kesalahan yang sama jika seandainya kita kembali menjadi kita :') Aku tidak bisa menjamin kedewasaan pikiranku ketika nanti kita harus dihadapkan pada situasi rumit. Aku tidak mau lagi berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan, karena selalu, aku akan termakan ego. Aku tidak ingin kamu merasa terluka, lagi.

Kedua, mungkin sekarang kamu sudah menemukan seseorang yang lebih baik. Tentu saja, aku tidak ingin mengganggu kehidupan kamu--kehidupan kalian. Atau mungkin, hati kamu masih untuk 'masa lalu' kamu. Iya, dia. Dia yang manis, berbudi luhur, dan selalu mencintai kamu sepenuh hati. Dia yang selalu jadi your mama's favorite. Dan point kedua ini seharusnya tidak jadi urusanku. Hati kamu adalah milik kamu. Aku tidak punya hak mencampuri. Apapun itu. Sama sekali.

Ketiga, aku tidak mau lagi merasakan sakit 'yang semu'. Kamu sadar? Jauh sebelum aku pergi, kamu sudah terlalu banyak berubah. Dingin. Kamu dingin. Aku merasa seperti tidak diinginkan lagi.

Kamu tahu? Aku sering sekali diejek oleh teman-temanku, bahwa aku terlalu menyedihkan, selalu dicueki. Bahkan beberapa dari mereka ada yang kadang merasa kesal, tahu bahwa aku terlalu memaklumi sikap cuek dan dinginmu. Aku hanya bisa tertawa menanggapi mereka. Karena disatu sisi, sebagian dari diriku selalu berusaha meyakinkan bagian diriku yang lain bahwa kamu baik-baik saja, bahwa kamu dan segala sikap dinginmu hanya ilusiku saja, bahwa anggapanku kamu bersikap cuek hanya masalah sensitifitasku saja. See? Semu. Sakit hati yang semu. Dan aku tidak ingin lagi merasakan itu, karena setiap kali aku meyakinkan diri bahwa akulah yang terlalu berpikiran negatif, bahwa akulah yang berlebihan, hanya sakit yang kudapati, karena sikap dinginmu terlalu...nyata :')

Saat masa-masa pendekatan, aku 'jatuh' karena aku benar-benar merasakan diperjuangkan. Aku benar-benar merasakan bagaimana perasaan dicintai. Dan semakin lama, aku semakin sadar bahwa kamu sudah tidak lagi ada. Kamu sudah tidak di sini. Kamu terasa seperti bukan kamu. Apa karena aku yang terlalu sering buat kamu muak? Hingga kamu secara tidak sadar perlahan bersikap cuek, dan semakin cuek dari hari ke hari? Atau, kamu mungkin sudah bosan dengan aku yang membosankan. Sedangkan aku, aku tidak pernah merasa bosan. Tidak pernah. Sama sekali :')

Atau mungkin juga, karena hal lain. Entahlah. Hanya kamu yang tahu mengapa.

Keempat, for sure, LILLAH. Since I decided to leave, I've been thinking a lot. And I realized that all this time we just made up reasons to be together without determining and considering The One--ALLAH. I don't blame you for this, 'cause everything has its hikmah. Since I was no longer yours, I get to know myself better. I learn to treat myself better. I learn to worship Allah better. And I learn how to love my own self, better and better, each day and everyday. I learn a lot. I figure out that it's important to dare to dream big, to do positive things instead of being stucked on you, and to make my dreams happen.

And also, I think my parents won't nod and say yes to this relationship, 'cause they just believe--like I do--that true love is marriage. Only marriage.

It's not like that I doubt your intention to spend the rest of your life with me, but, for now, this kind of issue is..nope. I mean, you know, you have your family as your priority, and you have your dream to be a great cinematographer. You have A LOT things to do. So do I. And I think it's not the right time to think about marriage.

And one thing, just ask yourself, were you sure to have this forever-story with me? If you were, ask yourself again, how long would you let me waiting for you? 3 years? After we graduate? 3 years? Were you sure? So how long? 4 years? 5 years (which is after you get a good job)? Were you sure to be with me THAT LONG? Sorry not sorry, but I doubt it.

Last but not least, once again, I ask your forgiveness. I apologize for all my mistakes. I'm sorry. Maaf, sudah mengecewakan dan buat kamu marah. Maaf, sudah pernah berjanji dan tidak menepati. Maaf, sudah buat kamu muak dan merasa dipermainkan. Maaf, sudah mengganggu hari-hari baikmu. Maaf, sudah memberi ketidaknyamanan. Maaf, maaf, aku terlalu membosankan. Maaf, atas segala kekanak-kanakan. Maaf, sudah terlalu sering berpikir dan bertindak berlebihan. Maaf, atas segala ego. Maaf, aku sudah terlalu drama dan melankolis. Maaf, untuk semua puisiku yang hanya buat kamu merasa tidak nyaman. Maaf, aku sudah terlalu mengatur hidup kamu. Seharusnya, kamu cukup bilang semua itu. Bilang. Komunikasikan. Tanpa perlu berubah :')

Dan, terima kasih. Terima kasih sudah pernah berjuang. Terima kasih, atas segala ketulusan. Terima kasih, atas segala kelembutan dan kesabaran. Terima kasih, sudah pernah berkorban. Terima kasih, sudah rela untuk ikut menjadi alay agar bisa buat aku tertawa. Terima kasih, sudah pernah mau menerima segala kurangku.

Satu hal, yang aku minta untuk kamu lakukan di hubunganmu entah dengan siapa,

KAMU HARUS BELAJAR UNTUK MENGKOMUNIKASIKAN EVERY, SINGLE, THING, DENGAN DIA :) Everything, dari hal-hal kecil, hingga masalah-masalah berat yang kamu hadapi.

Kamu tahu? Sesak rasanya setiap kali menyadari bahwa selama 6 bulan itu, kita hanyalah orang asing. Aku tidak tahu hal-hal kecil tentang diri kamu. Kita tidak banyak mengobrol. Kita tidak banyak komunikasi. Kita tidak banyak berbincang. Sesak juga rasanya, tiap kali mengingat bahwa kamu hampir tidak pernah berbagi masalahmu denganku. Ya, kamu tidak mau mengeluh padaku tentang semua itu. Tapi, aku hanya..merasa gagal..merasa gagal menjadi 'rumah'mu untuk kau temukan kenyamanan setiap kali kau merasa hancur.

Dan untuk saat ini, aku tidak akan malu untuk mengatakan bahwa rasa ini masih ada. Dan akan selalu ada, entah sampai kapan. Karena perihal melupa, tidak segampang dan secepat itu. Bukan begitu, Tuan? :')

0 komentar:

Posting Komentar