Minggu, 24 Mei 2020

Perempuan yang Tidak Beraroma Apapun

0

Mau jujur-jujuran?

Jujur, aku merasa kalah. Sejak awal dia sudah menang telak.

Melihat dari buku-buku bacaannya, jejak akademisnya, karya-karyanya, juga pengalaman orang yang pernah menghabiskan berjam-jam untuk diskusi dengannya, satu yang bisa kusimpulkan: dia sangat cerdas.

Rabu, 01 Agustus 2018

Superiority

0

My prophet said, "Sombong adalah merendahkan orang lain dan menolak kebenaran."
That is the context of superiority that I want to come up with, so don't spoil anywhere.

Well, langsung aja kita comot satu contoh; syaiton merendahkan Adam karena merasa lebih baik darinya dan menolak kebenaran bahwa dia dan Adam adalah sama-sama hamba Allah, so both are content, nobody is superior nor inferior. Sadar ga sadar, kita manusia juga suka gitu, suka merasa diri kita lebih baik dari orang lain atau merasa kelompok kita lebih baik dari kelompok lain, sehingga kita kadang gelap mata menganggap orang lain lebih rendah dari kita.

Ada orang yang merasa superior karena mengaku lebih tua sehingga meremehkan yang lebih muda seperti senior yang maunya dihormati junior sampe-sampe suka berperilaku dingin. Ada juga yang merasa punya lebih banyak pengalaman menganggap orang yang 'baru memulai' a.k.a 'anak baru' sebagai orang yang tidak patut diperhitungkan. Ada juga yang merasa lebih pinter  atau lebih cakep atau lebih kaya sehingga merasa berhak untuk menganggap remeh orang lain.

Man, nobody deserves to be belittled! Ga ada orang yang berhak untuk dipandang sebelah mata. Kita semua sebagai manusia memiliki potensi yang sama dengan kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda. Lo mungkin punya suatu kelebihan dari orang lain, tapi bukan berarti lo mesti menganggap diri paling berhak untuk menindas orang lain. Dan menindas bukan hanya masalah fisik, tapi cara lo menertawakan dan memandang dia itu sudah merupakan bentuk dari penindasan mental.

Selalu ingatkan diri sendiri aja deh bahwa kita semua itu equal. Setara. Sama. Ketika lo merasa diri lo superior dengan kelebihan yang lo miliki, jangan lupa bahwa orang yang lo rendahkan juga punya kelebihan yang ga elo punya. Kenapa ga mencoba untuk saling merangkul? Yang tahu sebaiknya memberi tahu orang yang belum tahu, yang berpengalaman membantu belajar orang yang masih minim pengalaman. Orang yang berbuat keliru itu dibetulkan, bukan dilempar ketawa sinis atau dinyinyirin. Orang yang berbuat salah itu seharusnya dinasihati, bukan diomongin dari belakang. Kekurangan orang lain jangan jadikan sebagai bahan untuk pembenaran bahwa kitalah yang paling benar. Let's just embrace differences dan jangan jadi sedangkal itu untuk sombong.

Salam Positif.

Jumat, 30 Maret 2018

Sorry for being me.

0

Well, I am childlike; selalu bersikap seperti anak-anak. Literally dalam banyak aspek.

Cara bicaraku terkesan terlalu-banyak-omong. Kurasa itu sering buat orang lain sebal. Aku tidak jarang mengeluarkan kalimat-kalimat tidak penting yang berpotensi menyakiti hati orang lain yang pada akhirnya selalu kusesali.

Gaya bicaraku jauh dari kata 'teratur'. Aku lebih banyak tergagap atau terbata-bata ketika ingin berbicara, yang kurasa membuat orang lain merasa terlanjur malas untuk mendengar pendapatku atau hal yang ingin kusampaikan.

I am so vulnerable. Gaya bicaraku bersifat gampang diserang, gampang diejek, gampang dikritik.

Vulnerable childishness.

Aku juga terlalu banyak tertawa. Suara ketawaku sangat tidak enak didengar dan punya peluang besar untuk mengundang lirikan mata jengkel orang-orang yang mendengarnya, atau bahkan bad judgement dari orang lain. Aku seperti tidak punya etika sebagai seorang perempuan. Ditambah volume suaraku yang besar, semakin membuat orang lain menganggapku annoying.

Well, 15 hari lagi aku berusia 20 tahun. Namun emosiku masih belum stabil. Aku masih sering being moody, sensitif, labil, suka cari perhatian, drama, sok, dan sederet sifat kekanak-kanakan lainnya. Tidak heran ada segelintir orang yang membenciku.

Tetapi aku adalah aku. Aku dengan segala keinginan untuk dihargai. Aku hanya ingin keberadaanku di tengah kelompok diakui dan disadari. Aku tidak suka dibandingkan. Aku tidak suka orang yang pilih kasih yang memberi kesan secara terang-terangan bahwa aku tidak patut diperhitungkan daripada orang lain. Aku tidak suka dinilai buruk padahal mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak suka prinsipku atau hal-hal yang kuyakini dengan seenaknya dicap tidak baik, misalnya aku yang terlalu sering duduk di depan laptop atau aku yang berusaha merawat diri.

Mari saling berkaca.

Minggu, 13 Agustus 2017

Children: Dear Parents...

3

Children-parents thingy revolves around obligations and rights. Since the children's obligations are cliche to be discussed, we will be focusing on the second point; children's rights.

We, as children, do have rights; to feel our parents' affection, to get fulfilled all the daily life needs, and above all, we have right to get the best tarbiyah.

In this slammed globalization era, bunch of parents are in race to make money, which is merely for the sake of the family. It's good. It's good 'cause it's the manifestation of their responsibility. Thus, lots and lots of parents are persistent to spend most of their time at work.

But,

Children are children. It's not a big deal whether they are 9, 17, or 25, they are still children, who still need to be spent your time with. Do you parents ever think that they always feel so lonely everytime you aren't there? Does it ever cross your mind that all this time your children might seek for somebody they can talk to? Have you ever wondered, are your children's friends enough to replace your existance at the times where it should be you, accompany them? Ask yourselves!

And nowadays, there are plenty of parents think that as long as they have fulfilled their children's needs, such as foods, homestead, clothes, school fee, pocket money, they are already being good parents.

BUT, you have to consider one thing; tarbiyah. Religion lesson. If you don't give enough religion lesson to your children, you have failed being parents. A wise man once said, "If you don't give a good tarbiyah to your children, it means you have neglected and abandoned them."

You can attest to this, but those children who have good tarbiyah, they have enormous self-image. Sure thing, because ISLAM is the answer to all issues in all aspects of life. DON'T EVER try to secularize your children, because they will see every single thing based on secularism. Which is, no religion sides. When the children fail to get secular instances, no power can help them.

This is a different case if the children have good tarbiyah since early, they will learn to process everything in Islamic point of view. Once they fail, they will not get down, 'cause they know Allah is always with them. They do believe that Allah is all the answer, Allah is everything to everything.

HOW?

Be your children's role-model. You want your children to do sholat 5 times a day? You have to sholat 5 times a day too. You want your children to be polite and have a good manner? Don't ever do trash-talk in front of them. If you want your children to be such a good person, be like one. Start from yourselves. Don't insist your children to do something that you don't even do. You parents are your children's reflections, so just be good. Stay good.

And, you have to free your time to gather with your family, especially with your children. No phones. Don't let any distractions distract your so very high quality time. Discuss everything; about motivations of life, about your days, surroundings (friends or co-workers), school, work, even books or foods. It's all to firm your togetherness. And one thing, one thing, that is the most important above all to be discussed about is, religion.

'Ilm.

You have to share each other about the 'ilm of diinul Islam. Let your children ask much and much questions. Therefore, you have to have the knowledge itself. Enrich your knowledge about Islam, because you are your children's first madrasah, and will always be their best madrasah.

That's all. I hope this little writing can encourage you to do all things above. My words to all teenagers..hey, we will be parents! We'd better to prepare ourselves for the best for our future children! :)


Salam ukhuwah❤

Minggu, 23 Juli 2017

It's Okay Not To Be Okay

0

*every word will sound lebay, so get ready to muntah yheaa*

It's been 3 months since I left, and I'm still here. Dying.

Charlie Puth says, "I can't get you out of my brain. It's such a shame." Yes, it's such a shame, knowing that my mind never stops thinking about you. It's such a shame to be wondering that you miss me like I do.

It hurts. Literally.

Memalukan, sebenarnya. Memalukan jika aku mengeluh kesakitan, karena akulah yang buat diriku sakit. Aku yang meninggalkan, pun aku yang merasa sakit. How shameful.

And, another shameful thing is, aku terkadang ingin meminta kamu kembali.

Sederhana, because ily.

Tapi,

Pertama, aku tidak yakin kamu akan mengiyakan. Kamu sudah terlalu penuh luka. Kamu sudah terlalu letih untuk lagi-lagi merasa kecewa, merasa marah, sakit hati, dan muak. Aku pernah berulang kali berjanji untuk akan selalu tinggal, tapi nyatanya aku pernah berulang kali juga menyatakan untuk pergi. Sedih dan merasa bersalah, tiap kali mengingat bahwa kamu SELALU menyabari, saat aku hendak lari dari masalah. Memang, aku terlalu kekanak-kanakan untuk hubungan ini. Aku memang tipe perempuan berpikiran pendek, sedangkan kamu pernah trauma dengan perasaan 'dipermainkan', jadi..aku takut akan mengulangi kesalahan yang sama jika seandainya kita kembali menjadi kita :') Aku tidak bisa menjamin kedewasaan pikiranku ketika nanti kita harus dihadapkan pada situasi rumit. Aku tidak mau lagi berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan, karena selalu, aku akan termakan ego. Aku tidak ingin kamu merasa terluka, lagi.

Kedua, mungkin sekarang kamu sudah menemukan seseorang yang lebih baik. Tentu saja, aku tidak ingin mengganggu kehidupan kamu--kehidupan kalian. Atau mungkin, hati kamu masih untuk 'masa lalu' kamu. Iya, dia. Dia yang manis, berbudi luhur, dan selalu mencintai kamu sepenuh hati. Dia yang selalu jadi your mama's favorite. Dan point kedua ini seharusnya tidak jadi urusanku. Hati kamu adalah milik kamu. Aku tidak punya hak mencampuri. Apapun itu. Sama sekali.

Ketiga, aku tidak mau lagi merasakan sakit 'yang semu'. Kamu sadar? Jauh sebelum aku pergi, kamu sudah terlalu banyak berubah. Dingin. Kamu dingin. Aku merasa seperti tidak diinginkan lagi.

Kamu tahu? Aku sering sekali diejek oleh teman-temanku, bahwa aku terlalu menyedihkan, selalu dicueki. Bahkan beberapa dari mereka ada yang kadang merasa kesal, tahu bahwa aku terlalu memaklumi sikap cuek dan dinginmu. Aku hanya bisa tertawa menanggapi mereka. Karena disatu sisi, sebagian dari diriku selalu berusaha meyakinkan bagian diriku yang lain bahwa kamu baik-baik saja, bahwa kamu dan segala sikap dinginmu hanya ilusiku saja, bahwa anggapanku kamu bersikap cuek hanya masalah sensitifitasku saja. See? Semu. Sakit hati yang semu. Dan aku tidak ingin lagi merasakan itu, karena setiap kali aku meyakinkan diri bahwa akulah yang terlalu berpikiran negatif, bahwa akulah yang berlebihan, hanya sakit yang kudapati, karena sikap dinginmu terlalu...nyata :')

Saat masa-masa pendekatan, aku 'jatuh' karena aku benar-benar merasakan diperjuangkan. Aku benar-benar merasakan bagaimana perasaan dicintai. Dan semakin lama, aku semakin sadar bahwa kamu sudah tidak lagi ada. Kamu sudah tidak di sini. Kamu terasa seperti bukan kamu. Apa karena aku yang terlalu sering buat kamu muak? Hingga kamu secara tidak sadar perlahan bersikap cuek, dan semakin cuek dari hari ke hari? Atau, kamu mungkin sudah bosan dengan aku yang membosankan. Sedangkan aku, aku tidak pernah merasa bosan. Tidak pernah. Sama sekali :')

Atau mungkin juga, karena hal lain. Entahlah. Hanya kamu yang tahu mengapa.

Keempat, for sure, LILLAH. Since I decided to leave, I've been thinking a lot. And I realized that all this time we just made up reasons to be together without determining and considering The One--ALLAH. I don't blame you for this, 'cause everything has its hikmah. Since I was no longer yours, I get to know myself better. I learn to treat myself better. I learn to worship Allah better. And I learn how to love my own self, better and better, each day and everyday. I learn a lot. I figure out that it's important to dare to dream big, to do positive things instead of being stucked on you, and to make my dreams happen.

And also, I think my parents won't nod and say yes to this relationship, 'cause they just believe--like I do--that true love is marriage. Only marriage.

It's not like that I doubt your intention to spend the rest of your life with me, but, for now, this kind of issue is..nope. I mean, you know, you have your family as your priority, and you have your dream to be a great cinematographer. You have A LOT things to do. So do I. And I think it's not the right time to think about marriage.

And one thing, just ask yourself, were you sure to have this forever-story with me? If you were, ask yourself again, how long would you let me waiting for you? 3 years? After we graduate? 3 years? Were you sure? So how long? 4 years? 5 years (which is after you get a good job)? Were you sure to be with me THAT LONG? Sorry not sorry, but I doubt it.

Last but not least, once again, I ask your forgiveness. I apologize for all my mistakes. I'm sorry. Maaf, sudah mengecewakan dan buat kamu marah. Maaf, sudah pernah berjanji dan tidak menepati. Maaf, sudah buat kamu muak dan merasa dipermainkan. Maaf, sudah mengganggu hari-hari baikmu. Maaf, sudah memberi ketidaknyamanan. Maaf, maaf, aku terlalu membosankan. Maaf, atas segala kekanak-kanakan. Maaf, sudah terlalu sering berpikir dan bertindak berlebihan. Maaf, atas segala ego. Maaf, aku sudah terlalu drama dan melankolis. Maaf, untuk semua puisiku yang hanya buat kamu merasa tidak nyaman. Maaf, aku sudah terlalu mengatur hidup kamu. Seharusnya, kamu cukup bilang semua itu. Bilang. Komunikasikan. Tanpa perlu berubah :')

Dan, terima kasih. Terima kasih sudah pernah berjuang. Terima kasih, atas segala ketulusan. Terima kasih, atas segala kelembutan dan kesabaran. Terima kasih, sudah pernah berkorban. Terima kasih, sudah rela untuk ikut menjadi alay agar bisa buat aku tertawa. Terima kasih, sudah pernah mau menerima segala kurangku.

Satu hal, yang aku minta untuk kamu lakukan di hubunganmu entah dengan siapa,

KAMU HARUS BELAJAR UNTUK MENGKOMUNIKASIKAN EVERY, SINGLE, THING, DENGAN DIA :) Everything, dari hal-hal kecil, hingga masalah-masalah berat yang kamu hadapi.

Kamu tahu? Sesak rasanya setiap kali menyadari bahwa selama 6 bulan itu, kita hanyalah orang asing. Aku tidak tahu hal-hal kecil tentang diri kamu. Kita tidak banyak mengobrol. Kita tidak banyak komunikasi. Kita tidak banyak berbincang. Sesak juga rasanya, tiap kali mengingat bahwa kamu hampir tidak pernah berbagi masalahmu denganku. Ya, kamu tidak mau mengeluh padaku tentang semua itu. Tapi, aku hanya..merasa gagal..merasa gagal menjadi 'rumah'mu untuk kau temukan kenyamanan setiap kali kau merasa hancur.

Dan untuk saat ini, aku tidak akan malu untuk mengatakan bahwa rasa ini masih ada. Dan akan selalu ada, entah sampai kapan. Karena perihal melupa, tidak segampang dan secepat itu. Bukan begitu, Tuan? :')